KEHANGATAN YANG BERHARGA
Datang pagi pulang petang. Selalu terburu-buru dalam melakukan segala hal. Muka berminyak, kusam dan kering serta tak terawat membuat jijik orang memandang. Rambut yang kering dan tak beraturan kubiarkan begitu saja karena waktu tak mengijinkanku merawatnya. Padatnya kegiatanku membuat diriku menjadi orang yang jarang mengurus diri. Itulah kiranya sekilas gambaran sejak aku mulai menginjakkan kaki di Bumi TRISMA.
Bisikan-bisikan dari teman SMP ku mengatakan kalau MOS di TRISMA identik dengan disiplin yang amat sangat dijunjung tinggi,bentakan-bentakan kakak panitia, hingga hukuman-hukuman ngeri yang menciutkan nyali. Awalnya aku seram mendengar hal itu, namun tekad kuatku untuk bersekolah di trisma membuatku menjadi terus maju dan tak menghiraukan perkataan teman-temanku itu.
Dengan usaha yang keras, aku akhirnya berhasil menempati kursi di TRISMA. Awalnya aku senang karena harapanku terkabul, namun dibalik itu, masih ada suatu tantangan besar yang harus kulalui. MOS di TRISMA adalah sebuah tantangan yang mendidikku menjadi orang yang lebih disiplin tentunya. Awalnya aku geli dan ingin tertawa saat kakak-kakak panitia memahari aku, padahal aku merasa tidak pernah mempunyai salah atau bermasalah dengannya. Itu yang kurasakan saat pra- MOS dilakukan. Tapi semakin hari marah itu semakin menjadi-jadi hingga air mata tak kuasa untuk membendung tangis. Tapi aku berusaha untuk tak memperlihatkan hal itu kepada siapapun,termasuk juga orang tuaku. Dorongan Teman-teman yang ada disekelilingku membuatku tetap bertahan untuk mengikuti MOS yang amat sangat mengerikan ini.
Hari demi hari aku jalani dengan tabah dan sabar karena aku mulai mengerti tujuan MOS yang sebenarnya. hingga sampai akhirnya tiba saat penutupan MOS di Gunung Batur. Hari ini adalah hari yang aku tunggu-tunggu karena aku sangat ingin pergi ke daerah sejuk melepas pengap yang seminggu ini aku hadapi, walaupun aku tidak ikut mendaki.Kegiatanku di wantilan adalah mempersiapkan tenda bersama teman2 serta kakak-kakak panitia yang tidak ikut mendaki.Malam begitu cepat turun, kegiatan penutupan MOS pun dilakukan. Acaranya begitu meriah dan bisa dibilang sukses. Hingga sampai tiba saatnya untuk tidur. Aku mulai mempersipkan diriku, dan betapa bodohnya diriku karena saat itu aku lupa membawa selimut dari rumah. Benda yang sangat penting dan sangat aku butuhkan saat badanku ini mulai kaku akibat dinginnya tiupan angin malam. Suruhan tidur sudah terdengar di telingaku, hanya berbalut jaket agak tebal, aku pun mencoba untuk tidur.
Tengah malam, aku terbangun karena tak tahan menahan dingin yang membuat kulitku menyusut. Aku tak bisa bangun, karena kaki sudah kaku. Untunglah akhirnya aku mendapat sebuah pertolongan. Seorang temanku yang berbalut sleeping bad akhirnya merelakan kakinya menindih kakiku hingga dingin tidak begitu terasa.
Itulah pengalaman berharga yang pernah saya alami semenjak menginjakkan kaki di Bumi TRISMA ini.